Paul Hersey dan Kenneth Blanchard (1977) menyimpulkan bahwa
kebanyakan dari aktifitas pemimpin ke dalam 2 dimensi perilaku:
1. Inisiasi struktur (task actions)
2. Hubungan aksi maintenance (relationship of
maintenance actions)
Teori situasional-kepemimpinan yang mereka ajukan,
mengasumsikan bahwa salah satu dari keempat kombinasi dari perilaku
kepemimpinan yang ditunjukkan pada gambar 5.6 bisa saja menjadi efektif ataupun
tidak efektif, tergantung kepada situasi yang ada. Hal ini tergantung dari
tingkat kedewasaan kelompok tersebut.
Teori kepemimpinan situasional, teori ini dikembangkan
oleh Paul Hersey dan Kenneth Blanchard. Kepemimpinan
situasional menurut Harsey dan Blanchard adalah didasarkan pada saling
berhubungannya diantara hal-hal berikut: Jumlah petunjuk dan pengarahan yang
diberikan oleh pimpinan, jumlah dukungan sosioemosional yang diberikan oleh
pimpinan dan tingkat kesiapan atau kematangan para pengikut yang ditunjukan
dalam melaksankan tiugas khusus, fungsi atau tujuan tertentu (Thoha, 1983:65).
Model ini didasarkan pada pemikiran bahwa kemampuan
diagnosis bagi seorang manajer tidak bisa diabaikan , seperti terlihat pada
“Manajer yang berhasil harus seorang pendiagnosis yang baik dan dapat
menghargai semangat mencari tahu”. Apabila kemampuan motif serta kebutuhan
bawahan sangat bervariasi , seorang pemimpin harus mempunyai kepekaan dan
kemampuan mendiagnosis agar mampu membaca dan menerima perbedaan- perbedaan
itu.
Manajer harus mempu mengidentifikasi isyarat- isyarat
yang terjadi di lingkungannya tetapi kemampuan mendiaknosis belum cukup untuk
berperilaku yang efektif. Manajer harus mampu untuk malakukan adaptasi
kepemimpinan terhadap tuntutan lingkungan dimana dia memperagakan
kepemimpinannya. Dimana seorang manajer harus mempunyai flesibelitas yang
bervariasi. Kebutuhan yang berbeda pada anak buah membuat dia harus
diberlakukan berbeda pula, walaupun banyak praktisi yang menganngap tidak
praktis klau dalam setiap kali mengambil keputusan harus terlebih dahulu
mempertimbangkan setiap variable situasi.
Dasar model
kepemimpinan situasional, adalah:
a)
Kadar bimbingan dan pengarahan yang diberikan oleh
pemimpin (perilaku tugas).
b)
Kadar dukungan sosio emosional yang disediakan oleh
pemimpin (perilaku hubungan).
c)
Tingkat kesiapan atau kematangan yang diperlihatkan
oleh anggota dalam melaksanakan tugas dan fungsi mereka dalam mencapai tujuan
tertentu.
Konsep ini menjelaskan hubungan antara perilaku
kepemimpinan yang efektif dengan tingkat kematangan anggota kelompok atau
pengikutnya. Teori ini menekankan hubungan pemimpin dengan anggota hingga tercipta
kepemimpinan yang efektif, karena anggota dapat menentukan keanggotaan pribadi
yang dimiliki pemimpin.
Kematangan atau maturity adalah bukan kematangan
secara psikologis melainkan menggambarkan kemauan dan kemampuan anggota dalam
melaksanakan tugas masing- masing termasuk tanggung jawan dalam melaksanakan
tugas tersebut juga kemauan dan kemampuan mengarahkan diri sendiri. Jadi,
variable kematangan yang dimaksud adalah kematangan dalam melaksanakan tugas
masing- masing tidak berarti kematangan dalam segalahal.
Kematangan anak buah adalah kemampuan yang dimiliki
oleh anak buah dalam menyelesaikan tugas dari pimpinan, termasuk didalamnya
adalah keinginan atau motivasi mereka dalam menyelesaiakan suatu tugas.
Kematangan individu dalam teori kepemimpinan situasional Hersey-Blanchard
dibedakan dalam 4 kategori kematangan yang masing- masisng punya perbedaan
tingkat kematangan sebagai berikut:
M1: Tingkat
kematangan anggota rendah
Ciri-cirinya
: adalah anggota tidak mampu dan tidak mau melaksanakan tugas, maksudnya:
Kemampuan anggota dalam melaksanakan tugas rendah dan anggota tersebut juga tidak mau bertanggung jawab.
Kemampuan anggota dalam melaksanakan tugas rendah dan anggota tersebut juga tidak mau bertanggung jawab.
Penyebabnya: tugas dan jabatan yang dijabat memang
jauh dari kemampuan , kurang mengerti apa kaitan antara tugas dan tujuan
organisasi, mempunyai sesuatu yang diharapkan tetapi tidak sesuai dengan
ketersediaan dalam organisasi.
M2: Tingkat kematangan anggota rendah ke Sedang atau
Moderat Rendah
Ciri-
cirinya: anggota tidak mampu melaksanakan tapi mau bertanggung jawab, yaitu
walaupun kemampuan dalam melaksanakan tugasnya rendah tetapi memiliki rasa
tanggung jawab sehingga ada upaya untuk berprestasi. Mereka yakin akan
pentingnya tugas dan tahu pasti tujuan yang ingin dicapai.
Penyebabnya : anggota belum berpengalaman atau belum
mengikuti pelatihan dan pendidikan tetapi memiliki motivasi tinggi, menduduki
jabatan baru dimana semangat tinggi tetapi bidangnya baru dan selalu berupaya
mencapai prestasi, punya harapan yang sesuai dengan ketersediaan yang ada dalam
organisasi.
M3: Tingkat
kematangan anggota sedang ke tinggi atau moderat tinggi.
Ciri-
cirinya: anggota mampu melaksanakan tetapi tidak mau. Yaitu mereka yang
mempunyai kemampuan untuk melaksanakan tugas tetapi karena suatu hal tidak
yakin akan keberhasilan sehingga tugas tersebut tidak dilaksanakan.
Penyebabnya : anggota merasa kecewa atau prustasi
misalnya: baru saja mengalami alih tugas dan tidak puas dengan penempatan yang
baru.
M4: Tingkat Kematangan Anggota Tinggi
Ciri-
cirinya: anggota mau dan mampu, yaitu : mempunyai kemampuan yang tinggi dalam
menyelesaikan tugas ataupun memecahkan masalah dan punya motivasi tinggi serta
besar tanggungjawabnya. Mereka adalah yang berpengalaman dan punya kemampuan
yang tinggi dalam menyelesaikan tugas. Merteka mendapat kepuasan atas
prestasinya dan yakin akan selalu berhasil.
Merujuk pada tingkat kematangan masing- masing
kelompok atau anggota kelompok, maka perilaku kepemimpinan harus disesuaikan
demi tercapainya efektifitas kepemimpinan berdasarkan analisis pemimpin
terhadap tingkat kematangan anggota, digunakan kombinasi perilaku tugas dan
perilaku hubungan. Ada beberapa kombinasi perilaku kepemimpinan yang merujuk
pada kematangan yaitu :
Tingkat Kematangan
|
Perilaku kepemimpinan
|
Rendah (M-1)
Tidak mau dan tidak mampu
Rendah ke sedang atau moderat rendah (M-2) Tidak Mampu tapi mau
Sedang ke tinggi atau moderat tinggi (M-3) Mampu tapi tidak mau
Tinggi (M-4)
Mau tapi mampu
|
Instruksi (S-1)
Tinggi tugas dan rendah hubungan.
Konsultasi (S-2)
Tinggi tugas dan tinggi hubungan.
Partisipasi (S-3)
Rendah tugas dan tinggi hubungan
Delegasi (S-4)
Rendah tugas dan rendah hubungan.
|
Perilaku
kepemimpinan seseorang menghadapi kelompok secara keseluruhan harus berbeda-
beda dengan menghadapi individu anggota kelompok, demikian pula perilaku
kepemimpinan manajer dalam menghadapi tiap- tiap individu harus berbeda- beda
tergantung kematangannya. Masing- masing punya perbedaan tingkat kematangan.
Menurut
teori ini pemimpin haruslah situasional, setiap keputusan yang dibuat
didasarkan pada tingkat kematangan anak buah, ini berarti keberhasilan seorang
pemimpin adalah apabila mereka menyesuaiakan gaykepemimpinanya dengan tingkat
kedewasaan atau kematangan anak buah.Tingkat kedewasaan atau kematangan anak
buah dapat dibagi menjadi empat tingkat yaitu:
Pertama intruksi
adalah untuk pengikut yang rendah kematangannya, orang yang tidak mampu dan mau
memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan sesuatu adalah tidak kompeten atau
tidak memiliki keyakinan. bawahan seperti ini masih sangat memerlukan
pengarahan dan dukungan, masih perlu bimbingan dari atasan tentang bagaimana,
kapan dan dimana mereka dapat melaksakanya tanggung jawab/tugasnya.
Kedua
konsultasi adalah untuk tingkat kematangan rendah ke sedang, orang yang tidak
mampu tetapi berkeinginan untuk memikul tanggung jawab memiliki keyakinan
tetapi kurang memiliki keterampilan. pimpinan/pemimpin perlu membuka komunikasi
dua arah (two way communications), yaitu untuk membantu bawahan dalam
meningkatkan motivasi kerjanya.
Ketiga partisipasi
adalah bagi tingkat kematangan dari sedang kerendah, orang-orang pada tingkat
perkembangan ini memiliki kemampuan tetapi tidak berkeinginan untuk melakukan
sesuatu tugas yang diberikan. Untuk meningkatkan produktivitas kerjanya, dalam
hal ini pemimpin harus aktif membuka komunikasi dua arah dan mendengarkan apa
yang diinginkan oleh bawahan.
Keempat
delegasi adalah bagi tingkat kematangan yang tinggi, orang-orang pada tingkat
kematangan seperti ini adalah mampu dan mau, atau mempunyai keyakinan untuk
memikul tanggung jawab. Dalam hal ini pemimpin tidak perlu banyak memberikan
dukungan maupun pengarahan, karena dianggap bawahan sudah mengetahui bagaimana,
kapan dan dimana mereka barus melaksanakan tugas/tangung jawabnya (Thoha,
1983:74-76).